“Sinergitas diperlukan dalam rangka tercapainya menjaga kestabilan ketahanan pangan masyarakat Indonesia, mulai dari hulu (mulai tanam) hingga pendampingan hilirnya (produk berhasil terjual)” jelas Karen
Ia melihat, keberadaan para aktor di sepanjang rantai nilai pertanian, mulai dari hulu sampai ke hilir, from the field to the table, tidak boleh dipandang selalu dari sisi kompetisi, yang dalam slogan lama akan dapat menciptakan efisiensi. Dengan perkembangan situasi global dan domestik yang semakin vulnerable dan uncertain, maka sinergi antar aktor untuk menciptakan iklim berusaha yang berdaya saing, sekaligus berkeadilan, hendaknya lebih ditonjolkan dalam era pasca pandemi covid, termasuk dalam bidang pertanian.
Menurutnya, sinergitas perusahaan yang mendukung closed-loop ini diantaranya PT. Ewindo sebagai produsen utama benih hortikultura, didukung teknologi informasi (ICT) yang memadai untuk pemberdayaan peran penyuluh di daerah beririgasi, termasuk di Garut, diseminasi teknologi pertanian mulai dari penyediaan benih, pemupukan, serta pengendalian hama dan penyakit sampai kepada pemasaran dapat dilakukan secara digital. Sebagai contoh 8 Villages dengan aplikasi Petani, sudah dapat mendiseminasi teknologi pertanian seperti kalender tanam dan informasi harga pangan ke dalam telepon pintar milik penyuluh dan petani.
Baca Juga:Belajar Masih Daring, Bupati Garut Wajibkan Sekolah Tingkatkan Kualitas PendidikanKasus Positif Korona di Garut jadi 28 Orang, Kembali Menjangkiti Petugas Puskesmas
Dalam implementasi kegiatan ini tentunya petani bukan menjadi obyek. Dalam hal ini peran petani tokoh atau champion sangat penting. Dengan keberadaan duta petani milenial, Rizal di daerah ini, bersama-sama dengan lebih dari 30 petani hortikultura muda lain siap menjadi bagian sentral. Mereka akan terus didorong oleh para penyuluh yang sudah dilengkapi dengan fasilitas ICT dari program Kostratani.
“Sinergi sudah dimulai dan akan terus diperkuat,” katanya.
Perlunya pemetaan masalah, kondisi petani dimasing-masing wilayah sehingga bias ditemukan solusinya. Rita yakin sektor pertanian yang menyelamatkan perekonomian Indonesia dengan pertumbuhan yang tetap positif.
“Dari sana kiranya kita bisa belajar menghayati bahwa sektor pertanian adalah sektor yang strategis, baik secara budaya maupun ekonomis” pungkas Rita. (erf/RP)