GARUT – Kemendikbud tengah merancang kurikulum baru untuk Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Kurikulum baru tersebut, akan dibuat lebih sederhana sesuai dengan kebutuhan Dunia Usaha dan Dunia Industri (DUDI).
Dirjen Pendidikan Vokasi, Kemendikbud, Wikan Sakarinto mengatakan, saat ini Kemendikbud sedang merancang kurikulum SMK yang lebih simpel dan match karena disusun bersama industri.
“Kurikulum ini mencakup pemenuhan kompetensi hard skill dan soft skill secara seimbang,” kata Wikan dalam Webinar di Jakarta, Rabu (1/7/2020) seperti dikutip FIN (Radar Priangan Group).
Baca Juga:Desa Sindangsari Serahkan BLT DD Utuh Tanpa DipotongKampung Sigap Polres Garut, Polisi dan Masyarakat Sinergi
Untuk mendukung rancangan kurikulum tersebut, Direktorat Kemitraan dan Penyelarasan Dunia Usaha dan Dunia Industri, Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi (Mitras DUDI) Kemendikbud meluncurkan program Up skilling dan Re-skilling bagi 2.160 guru kejuruan SMK.
Program ini kata Wikan, penting dalam hal meningkatkan ‘pernikahan’ antara sekolah vokasi dan dunia usaha dunia industri (DUDI).
“Program tersebut sangat strategis untuk mendukung ‘pernikahan massal’ yang tahun ini digaungkan Direktorat Pendidikan Vokasi,” ujarnya.
Menurut Wikan, peningkatan kualitas pendidikan vokasi tidak akan terwujud tanpa adanya keselarasan atau lebih dikenal dengan istilah link and match dengan kebutuhan DUDI. Dalam hal ini, Direktorat Mitras DUDI Kemendikbud akan menjadi ‘mak comblang’ yang akan menikahkan pendidikan vokasi dengan DUDI.
“Pernikahan Massal” ini dilakukan baik di tingkat SMK, Perguruan Tinggi Vokasi (PTV), maupun lembaga kursus dan pelatihan guna menghasilkan SDM vokasi yang unggul,” terangnya.
Wikan menuturkan, bahwa perkembangan teknologi di industri saat ini begitu cepat. Dengan demikian, SMK harus mampu beradaptasi dengan pembelajaran yang fleksibel dan kontekstual dengan industri.
“Salah satunya, dilakukan melalui skema pembelajaran project by learning atau bring industry to school. Meski pembelajaran SMK tetap 60 persen mengedepankan praktik, tetapi seluruh mata pelajaran baik praktik maupun teori dikontekstualisasi dengan kondisi riil di industri,” tuturnya.
Baca Juga:Ayam Pelung Seharga Rp50 juta Ada di Desa CikedokanIstri Bupati Nahkodai NasDem Garut
Selain itu Wikan juga menginginkan, guru SMK tidak hanya mengajar, tetapi juga sebagai mentor, fasilitator, motivator, dan coach yang dapat mengubah nobody menjadi seorang superstar.
“Mampu membangkitkan anak menjadi kompeten setelah lulus SMK, baik secara prestasi, leadership, ability, dan kemampuan komunikasi,” imbuhnya.