“Untuk memenuhi target nasional sebanyak 43.256 peserta KB, kami memetakan sasaran secara cermat di masing-masing kabupaten dan kota. Proses penajaman sasaran ini lebih mudah dari sisi pengorganisasian karena para penyuluh KB di bawah binaan langsung BKKBN. Dengan demikian, jalur koordinasinya linier mulai pusat hingga daerah,” terang Koordinator Bidang Advokasi, Penggerakkan, dan Informasi (Adpin) BKKBN Jawa Barat Herman Melani melengkapi keterangan Kusmana.
Herman menilai pelayanan serentak jilid II memiliki dua tantangan sekaligus. Pertama, pandemi Covid-19 yang belum berakhir. Selama pasa pandemi, sejumlah fasilitas kesehatan membatasi pelayanan. Kedua, pendeknya jeda antara jilid I dan jilid II pelayanan serentak. Terlebih, Jawa Barat selama ini dikenal sebagai Ratu Suntik sejalan dengan tingginya dominasi penggunaan kontrasepsi jenis suntik. Sementara pelayanan serentak Hari Kontrasepsi khusus melayani IUD dan implan.
“Capaian ini menunjukkan keinginan masyarakat untuk ber-KB masih cukup tinggi. Alhamdulillah kekhawatiran awal tidak terbukti,” ujar Herman.
Baca Juga:Erangan Wanita Saat S*ks Adalah Pertanda BaikAtalia Ridwan Kamil Dikukuhkan sebagai Bunda Forum Anak Daerah Jabar
Herman mengklaim salah satu kunci keberhasilan Jabar terletak pada pemetaan akurat target sasaran di masing-masing kecamatan dan kelurahan atau desa. Dengan begitu, tenaga lini lapangan bisa langsung melakukan eksekusi penggerakkan. Pada saat yang sama, pihaknya gencar melakukan sosialisasi atau komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) kepada masyarakat.
“Harus diakui sampai sekarang masih berkembang rumor dan mitos yang salah tentang kontrasepsi. Nah, WCD ini menjadi momentum tepat untuk mengedukasi masyarakat terkait fakta-fakta seputar kontrasepsi. Kami berusaha meluruskan mitos keliru tentang kontrasepsi. Upaya ini dilakukan dengan segenap saluran yang tersedia, baik melalui media luar ruang, media sosial, maupun penyampaian langsung oleh petugas lini lapangan kepada masyaraat,” terang Herman.
Di sisi lain, Herman mengingatkan bahwa kontrasepsi menjadi lebih dari sekadar alat untuk mencegah terjadinya kehamilan. Lebih dari itu, kontrasepsi bertujuan mewujudkan kehidupan reproduksi sehat agar terhindar dari kehamilan tidak diinginkan serta kesakitan dan kematian karena kehamilan terlalu muda, terlalu tua, terlalu rapat atau dekat, dan terlalu sering atau banyak.
Kontrasepsi, sambung Herman, merupakan salah satu bagian dalam pengelolaan program KB. Gagasan perancanaan keluarga untuk mewujudkan kehidupan reproduksi yang sehat dapat dijalankan dengan konkret di antaranya dengan penggunaan alat kontrasepsi. Kesehatan reproduksi yang baik merupakan sebab dan akibat dari upaya perencanaan hidup yang baik. Jika kesehatan reproduksi dapat dijaga dengan baik, maka kualitas hidup keluarga secara umum juga dapat ditingkatkan.