“Inilah sumbangsih dari para ilmuwan yang bela negara melalui ilmunya, karena dalam perang melawan COVID-19 ini, ada yang bela negara dengan garis depan yaitu tenaga medis, harta, tenaga dan lainnya,” tambahnya.
Ketua Tim Riset Diagnostik COVID-19 Unpad, Muhammad Yusuf, menuturkan, Rapid Test 2.0 merupakan alat rapid test yang dikembangkan untuk mendeteksi keberadaan virus (antigen) dalam tubuh. Keunggulan produk ini lebih murah, akurat, mudah digunakan, cepat, dan bisa didistribusikan ke pelosok daerah.
Sebagian besar komponen produk ini dikembangkan di dalam negeri, sehingga mengurangi ketergantungan impor dan ketersediaan bahan baku.
Baca Juga:2.000 Pelari Donasikan Uang Pendaftaran untuk Penanggulangan COVID-19 di JabarPemotongan BLT Dana Desa Cibiuk Kaler Sudah Dikembalikan, Kades Menyebut Itu Dilakukan oleh Oknum Relawan
“Unpad bermitra dengan PT Tekad Mandiri Citra yang berkomitmen memproduksi antibodi sebagai salah satu komponen utamanya. Juga PT Pakar Biomedika Indonesia yang telah memiliki kapasitas, pengalaman dan izin produksi rapid tes di dalam negeri,” kata Yusuf.
“Kalau PCR yang dicari adalah kode genetik yang spesifik kemudian gen spesifik itu diperbanyak dan akan ketahuan ada tidaknya virus disitu, jadi yang dideteksi itu adalah gen-nya yang merepresentasikan adanya virus. Tetapi kalau SPR yang dideteksi adalah partikel virusnya,” imbuhnya.(rls/Humas Jabar)