Umar kemudian mengambil tepung, mentega dan susu kering. Ketika sampai di tenda. Umar berteriak, “Wahai penghuni tenda”, laki-laki itu keluar dan Umar menyuruh istrinya masuk ke tenda untuk menemui wanita itu, sedangkan ia menyiapkan bejana dengan tepung, mentega dan susu kering lalu Umar meletakkannya di tungku, dia meniup apinya dan mengaduk sendiri isinya.
Apa yang ada di dalam bejana belum masak, tetapi telah terdengar tangisan bayi dari dalam tenda. “Ya Amirul Mukminin, sampaikan berita gembira kepada temanmu, anaknya laki-laki”, seru istri Umar. Laki-laki itu terkejut bahagia.
Dia berkata: “Kami telah merepotkan dan melelahkan kamu wahai Amirul Mukminin”.
Baca Juga:Melawan Covid-19, Seperti Ini Pesan Pak Dewan untuk ASN GarutSetelah Kontak Erat dengan Positif Covid-19, 47 Orang di Garut Jalani Rapid Test
Umar berkata, “Tidak apa-apa, besok pagi datanglah kepada kami, kami akan memberimu apa yang kamu perlukan untuk keluargamu”. Keesokan harinya laki-laki itu datang. Umar memberinya unta betina dan makanan yang memenuhi punggungnya. Allahu Akbar, begitulah orang besar mencetak sebuah keteladanan.
Kisah di atas menegaskan, bahwa rasa empati dan kepedulian kepada sesama merupakan ajaran yang sangat mulia, lebih-lebih di tengah kondisi dan situasi sekarang di mana banyak saudara kita yang membutuhkan akibat terdampak wabah korona.
Kita yakin dengan sabda Nabi Muhammad SAW, bahwa “Syurga sangat merindukan kepada empat golongan: orang yang membaca al-Qur’an, orang yang menjaga lisan, orang yang peduli dengan memberikan makanan kepada yang lapar, dan orang yang berpuasa di bulan ramadhan”.
Nabi juga pernah bersabda: “Wahai manusia, tebarkan budaya damai, wujudkan kepedualian sosial, bangun solidaritas sosial, biasakan bangun tengah malam, maka engkau akan mendaptkan kenikmatan syurga dengan rasa damai”. (rls)