“Persoalan harga diri dan eksistensi tanggungjawab kita warga tatar Galuh kalau bukan oleh kita diluruskan dan dibela, orang lain mungkin cuma menonton dan mengiyakan, sementara kita mampu merapatkan barisan untuk melakukan pembelaan,” tambahnya.
Permasalahan ini kata Aep akan sangat berpengaruh pada generasi penerus. Apabila kesalahan ini tidak diluruskan, khawatir citra buruk itu akan melekat di generasi penerus di Ciamis.
Padahal kata Aep, selama ini yang tergambar di masyarakat bahwa Galuh itu memiliki makna yang sangat luhur. Dan Galuh menjadi sejarah yang sangat luar biasa bagi warga Ciamis.
Baca Juga:Surya Ramadhani, Bocah Penderita Hidrosefalus Itu Sudah Meninggal DuniaWartawan Harus Tutupi Idenitas Anak Berkonflik dengan Hukum, Bisa Dipenjara Kalau Dibuka
“Galuh itu mempunyai sejarah yang panjang dan membanggakan tatar Galuh dan sunda pada umumnya. Galuh merupakan cikal bakal kerajaan Sunda Galuh (Pajajaran) serta mempunyai keterkaitan dengan kerajaan Mataram Kuno, karena Dinasti Sanjaya yang menurunkan raja-raja Jawa adalah keturunan Galuh, bisa dibaca di buku Sejarah Jawa Barat (Yuganing Rajakawasa ), karya Drs. Yoseph Iskandar,”jelasnya.
Aep menambahkan, Galuh itu dalam berbagai referensi bermakna bagus, dilihat dari Bahasa Jawa Galuh berarti perak dan ratna (intan). Dalam Bahasa Sunda Galuh berarti permata. Dalam Kamus Bahasa Indonesia Galuh sendiri diartikan perak, ratna (intan) sebagai sebutan untuk putri raja.
Dalam budaya masyarakat Galuh (Sunda), makna kata ”galuh” identik dengan ”galeuh”, bagian tengah (inti) pohon atau kayu berwarna kehitam-hitaman dan keras, bukan galeuh yang berarti beli.
Kata ”Galuh” juga dipahami identik dengan “galih” (qolbu), sehingga ada ungkapan dalam bahasa Sunda, ”Galuh galeuhna galih” “Galuh intinya hati” atau “inti hati adalah galuh”.
Ungkapan itu menunjukkan bahwa kata ”galuh” memiliki makna filosofis yang dalam. W.J. van der Meulen S.J. dalam bukunya berjudul Indonesia di Ambang Sejarah (1988), menyatakan kata ”galuh” berasal dari kata “saka lo” (bahasa Tagalog) yang berarti “dari sungai asalnya” = air. Kata itu berubah menjadi “segaluh/sagaluh”.
Galuh dalam Bahasa Banjar Kalimantan Selatan Kata ”galuh” dalam bahasa Banjar Kalimantan Selatan artinya gadis, atau memiliki makna pula sebutan bagi anak perempuan yang disayangi, panggilan kesayangan oleh orangtua atau keluarga terdekatnya.