RadarPriangan.com, CIAMIS – Warga Tatar Galuh Ciamis marah besar, mereka tersinggung atas pernyataan Ridwan Saidi atau yang akrab disapa Babe Saidi.
Ketersinggungan itu berawal dari video berdurasi 12,73 menit yang ada di YouTube Macan Idealis. Dalam video tersebut, Babe Saidi mengatakan bahwa di Kabupaten Ciamis tidak ada kerajaan.
Dalam video tersebut Babe Saidi mengatakan, “Saya mohon maaf dengan saudara dari Ciamis. Di Ciamis itu nggak ada kerajaan, karena indikator ada kerajaan itu adalah indikator ekonomi, di Ciamis penghasilannya apa? Sehingga bisa membiayai kerajaan dari mana,” ucapnya.
Baca Juga:64 Tim Ikuti Turnamen Futsal SMKN 1 GarutPegiat Lingkungan, Status Gunung Cikuray Harus Ditingkatkan
Ketersinggungan warga Ciamis juga tak hanya di situ. Karena Babe Saidi juga mengartikan makna Galuh itu bermakna brutal.
“Apakah Sunda Galuh agak keliru, ya? Pemberian nama “Galuh” ini, karena artinya itu brutal,” ujar Babe Saidi dalam video tersebut.
Babe Saidi pun melanjutkan perbincangannya, di Kabupaten Ciamis itu tidak memiliki penopang ekonomi yang bisa membiayai kerajaan. Misalnya dari sektor kelautan seperti pelabuhan.
Jika memang terdapat pelabuhan, maka kata Babe Saidi, pelabuhan itu bukan pelabuhan niaga seperti halnya pelabuhan Tanjung Priuk. “Lalu dia dagang apa?” ujar Babe Saidi.
Tidak hanya itu saja, Babe Saidi bahkan menyoroti kisah Dyah Pitaloka dan perang Bubat antara Kerajaan Sunda Galuh dengan Kerajaan Majapahit. Menurutnya, arti bubat itu adalah lapangan olahraga, bukan nama tempat.
“Saya tidak yakin ada cerita Dyah Pitaloka dipanggul-panggul menuju Majapahit untuk dikawinkan. Nggak ada di Indonesia itu mau kawin dijungjung-jungjung dibawa ke rumah lelaki. Itu kagak ada,” katanya.
Ia menambahkan, bahwa budaya Indonesia itu pihak lelaki yang mendatangi perempuan jika akan menikah, bukan sebaliknya perempuan yang mendatangi laki-laki.
Baca Juga:Melalui Perlombaan, KKG Ciamis Bentuk Anak Berprestasi dan BerakhlakKemenkeu RI dan Uniga Beri Pelatihan Aparatur Desa dalam Tata Kelola Anggaran
“Harus lelaki yang nyamperin. Itu tidak ada di Indonesia wanita yang mendatangi laki-laki,” bebernya.
Selain itu Babe Saidi juga menyebut, Belanda terlebih dahulu datang ke Ciamis, sebelum ke tempat lain di Pulau Jawa. Menurutnya Belanda yang membuat prasasti di Ciamis.
“Dulu kan Belanda yang pertama kali ke Jawa, pastinya ada prasasti palsu yang dibuat di Ciamis oleh Belanda untuk Ciamis,” jelasnya.